Thursday, April 16, 2015

Sekilas Tentang Difabel Rungu/Tunarungu Bagian II

Penyebab Tunarungu

Kekurangan mampuan atau kehilangan pendengaran dapat disebabkan oleh kecacatan yang dialami sejak lahir. Ketulian sejak lahir ini seringkali membawa dampak pada kecacatan bicara atau tunawicara. Deteksi dini dapat dilakukan pada saat usia bati dengan melakukan pemeriksaan meliputi factor resiko yakni lahir premature, berat badan bayi rendah, toksoplasma kemudian dilanjutkan pemeriksaan saat bayi berusia 3 bulan untuk memastikan ada atau tidaknya gangguan pendengaran.
Hal ini penting dilakukan karena pemeriksaan dan pemantauan yang baik sebelum usia 6 bulan diharapkan tidak akan terjadi gangguan pada wicara atau kemampuan wicaranya mendekati anak normal.

Sebagaimana disebutkan diatas, gangguan pendengaran atau tunarungu dapat disebabkan sebelum anak dilahirkan atau setelah anak dilahirkan dikategorikan oleh Sardjono (1997 ; 10-20) sebagai berikut :

1.        Factor-faktor sebelum anak dilahirkan (Pre-Natal)
a.      Faktor Keturunan
b.      Cacar air, campak (Rubella, Gueman measles)
c.        Terjadi Toxaemia (Keracunan darah)
d.      Penggunaan pil kina atau obat-obatan dalam jumlah besar
e.       Kekurangan oksigen
2.       Factor-faktor saat anak dilahirkan (natal) :
a.      Factor Rhesus (Rh)ibu dan anak sejenis
b.      Anak lahir premature
c.        Anak lahir menggunakan forcep (alat bantu tang)
d.      Proses Kelahiran yang lama
3.       Factor-faktor sesudah dilahirkan (post natal) :
a.      Infeksi
b.      Meningitis (peradangan selaput otak)
c.        Tunarungu perseptif yang bersifat keturunan
d.      Otitis media (Radang pada bagian telinga tengah) yang kronis
e.       Terjadi infeksi pada alat-alat pernafasan

Karakteristik Tunarungu dan Tunawicara

Orang dengan gangguan pendengaran dapat dideteksi dengan mengamati ciri-ciri dan perilaku. Ciri-ciri tersebut antara lain :

1.        Bentuk daun telinga tidak normal (microtia)
2.       Jika berbicara selalu melihat gerakan bibir lawan bicara
3.       Sering tidak bereaksi jika diajak bicara kurang keras
4.       Selalu minta diulang dalam pembicaraan
5.       Berbicara keras dan tidak jelas
6.       Suka melihat gerak bibir dan gerak tubuh teman bicaranya
7.       Menggunakan alat bantu dengar (ABD)
8.       Suka melakukan gerakan tubuh (gesture)
9.       Cenderung pendiam
10.   Suara sengau
11.      Cadel

Beberapa karakteristik yang sering ditemukan pada anak tunarungu menurut Uden (1971) dan Meadow (1980) dalam Bunawan dan Yuwati (2000) adalah :

1.  Memiliki sifat egosentris yang lebih besar disbanding anak tanpa gangguan pendengaran. Sifat ini menyebabkan mereka sulit untuk menempatkan diri pada cara berpikir dan perasaan orang lain serta kurang peduli terhadap efek perilakunya pada orang lain. Tindakannya dikuasai oleh perasaan dan pikiran secara berlebihan sehingga sulit menyesuaikan diri. Kemampuan bahasa yang terbatas akan membatasi kemampuan mengintegrasikan pengalaman dan makin memperkuat sifat egosentris penderita tunarungu.
2.   Memiliki sifat impulsive, yaitu tindakannya tidak berdasarkan pada perencanaan yang hati-hati dan jelas tanpa mengantisipasi akibat yang timbul dari perbuatannya. Apa yang mereka inginkan biasanya perlu segera dipenuhi. Mereka sulit merencanakan untuk merencanakan atau menunda kebutuhan dalam jangka panjang
3.  Memiliki sifat kaku (rigidity), yaitu kurang luwes dalam memandang dunia dan tugas-tugas dalam kesehariannya
4.       Memiliki sifat suka marah dan mudah tersinggung
5.       Selalu khawatir dan ragu-ragu

Dampak Ketunarunguan

Sebagimana uraian di atas, tunarungu dapat berdampak pada gangguan bicara atau tidak berkembangnya kemampuan bicara. Namun, menurut Leigh, 1994 dalam Nugroho, 2004 terdapat dampak yang lebih besar bahkan terbesar dari tunarungu yaitu terjadinya kemiskinan bahasa dan dalam penguasaan bahasa secara keseluruhan. Oleh karena itu, diperlukan pelayanan pendidikan khusus agar mereka mengenal bahasa atau nama benda, kegiatan, peristiwa, dan perasaan sehingga mereka dapat menggunakan bahasa di lingkunagannya.

Sumber : Buku Seluk-beluk Tunarungu dan Tunawicara serta Strategi Pembelajarannya, Ahmad Wasita, Javalitera
                  Ingin memiliki buku tersebut silahkan LIKED page Mutiara Edukasi ini (link FP)

No comments:

Post a Comment