Bahasa
Verbal
Bahasa lisan,
adalah bahasa yang dihasilkan oleh suara mengartikulasikan, sebagai lawan
bahasa tertulis. Banyak bahasa telah ada bukan dalam bentuk tulisan, dan hanya
diucapkan (vokalisasi). Bahasa lisan atau bahasa vokal diproduksi dengan
saluran vokal, sebagai lawan bahasa isyarat yang diproduksi dengan tangan dan
wajah.
Istilah "bahasa lisan" kadang-kadang digunakan untuk berarti
hanya bahasa vokal, terutama oleh linguistic yang terdiri atas tiga istilah
sinonim, tidak termasuk bahasa isyarat. Lainnya menyebut bahasa isyarat sebagai
"lisan", terutama berbeda dengan transkripsi tertulis dari
tanda-tanda atau simbol-simbol.
(sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Spoken_language)
Komunikasi verbal
(verbal communication) adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada
komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral). Komunikasi verbal
menempati porsi besar. Karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan lebih
mudah disampaikan secara verbal ketimbang non verbal. Dengan harapan, ko-munikan
(baik pendengar maun pembaca) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang
disampaikan.
Contoh :
1. Komunikasi
verbal melalui lisan dapat dilakukan dengan menggunakan media, misalnya seseorang
yang bercakap-cakap melalui telepon. Sedangkan komunikasi verbal melalui tulisan
dilakukan dengan secara tidak langsung antara komunikator dengan komunikan.
Proses penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan berupa media surat,
lukisan, gambar, grafik dan lain-lain.
2. Komunikasi non
verbal (non verbal communication) menempati porsi penting. Banyak komunikasi
verbal tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan komunikasi
non verbal dengan baik dalam waktu bersamaan. Melalui komunikasi non verbal,
orang bisa mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu kesimpulan tentang
berbagai macam perasaan orang, baik rasa senang, benci, cinta, kangen dan
berbagai macam perasaan lainnya. Kaitannya dengan dunia bisnis, komunikasi non
verbal bisa membantu komunikator untuk lebih memperkuat pesan yang disampaikan
sekaligus memahami reaksi komunikan saat menerima pesan.
Bentuk komunikasi
non verbal sendiri di antaranya adalah bahasa isyarat, ekspresi wajah, sandi,
simbol-simbol, pakaian seragam, warna dan intonasi suara.
contoh :
a.
Sentuhan
Sentuhan dapat
termasuk: bersalaman, menggenggam tangan, berciuman, sentuhan di punggung,
mengelus-elus, pukulan, dan lain-lain.
b.
Gerakan tubuh
Dalam komunikasi
non verbal, kinesik atau gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah,
isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan
suatu kata atau frase, misalnya mengangguk untuk mengatakan ya; untuk
mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan
c.
Vokalik
Vokalik atau
paralanguage adalah unsur non verbal dalam suatu ucapan, yaitu cara berbicara.
Contohnya adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan
berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain-lain.
d.
Kronemik
Kronemik adalah
bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam komunikasi non verbal.
Penggunaan waktu dalam komunikasi non verbal meliputi durasi yang dianggap cocok
bagi suatu aktivitas. banyaknya aktivitas yang dianggap patut dilakukan dalam
jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality).
Bahasa
Isyarat
Menurut Wikipedia
Indonesia :
Bahasa Isyarat
adalah bahasa yang mengutamakan komunikasi manual, bahasa tubuh, dan gerak
bibir, bukannya suara untuk berkomunikasi. Kaum tunarungu adalah kelompok utama
yang menggunakan bahasa ini, biasanya dengan mengkombinasikan bentuk tangan,
orientasi dan gerak tangan, lengan, dan tubuh serta ekspresi wajah untuk
mengungkapkan pikiran mereka.
Bertentangan dengan
pendapat banyak orang, pada kenyataannya belum ada bahasa isyarat internasional
yang sukses diterapkan. Bahasa isyarat unik dalam jenisnya di setiap negara.
Bahasa isyarat bisa saja berbeda di negara-negara yang berbahasa sama.
Contohnya, Amerika Serikat dan Inggris meskipun memiliki bahasa tertulis yang
sama tetapi memiliki bahasa isyarat yang sama sekali berbeda (American Sign
Language dan British Sign Language). Hal yang sebaliknya juga berlaku. Ada
negara-negara yang memiliki bahasa tertulis yang berbeda (contoh: Inggris
dengan Spanyol), namun menggunakan bahasa isyarat yang sama.
Untuk Indonesia,
sistem yang sekarang umum digunakan ada dua sistem adalah BISINDO (Bahasa
Isyarat Sistem Indonesia) yang dikembangkan oleh Tuna rungu sendiri melalui
GERKATIN (Gerakan Kesejahteraan Tuna rungu Indonesia) dan Sistem Isyarat Bahasa
Indonesia (SIBI) hasil rekayasa orang normal bukan hasil dari Tuna rungu
sendiri yang sama dengan bahasa isyarat America (ASL - American Sign Language).
Jadi saya sarankan memakai sistem isyarat buatan tuna rungu sendiri adalah
BISINDO.
Dari pembahasan
yang dijelaskan di atas, ditarik kesimpulan bahwa bahasa verbal memang paling
mudah dan cepat namun bila diterapkan pada penyandang tunarungu mungkin ini
lebih sulit daripada yang terlihat. Mengapa? Coba baca di artikel sebelumnya
yang menjelaskan seluk beluk tunarungu, di mana dijelaskan bahwa tunarungu
memiliki kesulitan dalam memahami kosakata dan intonasi suara sebab kurangnya
penangkapan suara yang terdengar. Tetapi berkat canggihnya teknologi,
kekurangan pendengaran dapat teratasi dengan bantuan ABD (Alat Bantu Dengar –
silahkan baca artikel sebelumnya untuk mendapatkan bahasan lengkap mengenai
ABD), namun meskipun sudah menggunakan ABD tapi belajar bicara verbal justru
membutuhkan proses dan waktu yang panjang.
Proses membantu
penyandang tunarungu mampu berbicara layaknya normal itu tidak mudah dibanding
bila dididik bahasa isyarat sejak bayi. Mengapa? Kalau dilihat medis,
sesungguhnya bayi normal yang baru lahir memang bisa terlihat sadar bunyi
tetapi sesungguhnya otaknya belum mampu mencernakan bunyi apakah itu? Bayi baru
lahir itu sebenarnya lebih peka pada indra mata sehingga apa yang terlihat di
matanya itu sangat menarik minatnya dibanding kecepatan mendengar atau
menangkap suara dari telinganya.
Oleh karena itulah,
dunia medis menyadari bahwa karena kepekaan indra mata yang menyebabkan otak
bayi lebih awas dan tertarik pada gerakan yang tertangkap oleh matanya.
Sehingga bayi usia dua bulan lebih, bisa mengekspresikan sedikit gerakan bahasa
isyarat sederhana yang dapat dipahami maknanya. Menurut sumber yang ditemukan
bahwasanya perbedaan penangkapan kata suatu benda misalnya kupu-kupu, jika bayi
di bawah usia 2 bulan belum tentu bisa mengerti arti kupu-kupu jika hanya
didengarkan verbal saja. Tetapi bila dibarengi dengan isyarat yang dapat
dilihat mata maka bayi bisa paham meski belum bisa bersuara namun bila usia
mencapai 2 bulan lebih ia mampu bisa menginterpresikan isyarat bahwa benda itu
kupu-kupu sebab ia ingat isyarat dan kata itu! Yang nantinya bila otaknya mampu
mencernakan menggabungkan isyarat dan bunyi maka tak aneh lagi jika usia balita
mampu mengucapkan kata kupu-kupu dengan lancar!
Lain halnya bila
hanya diajarkan verbal tanpa isyarat, kemungkinan besar ia hanya bisa babbling
upu-upu atau u-u dari kosakata tersebut. Intinya jika tunarungu dari awal
diajarkan konsisten isyarat dengan verbal, Insya Allah di kala usianya yang
matang, tunarungu bisa mengucapkan beberapa kosakata dasar asal dilatih tekun
dan sabar.
Menurut pengalaman,
aku tunarungu sejak lahir, belum mengenal isyarat sehingga boleh dikatakan
kalau aku terlambat mempelajari kosakata dasar. Hasilnya aku hanya bisa
babbling dua tiga kata seperti mama, papa, u-u (susu),a-an/a-am (makan/mamam).
Kala itu usia aku sudah kurang lebih 5 tahun. Suatu hari aku berdua dengan
ibuku menyusul ayah yang sudah mendahului ke Amerika dalam rangka menyelesaikan
pendidikan S2 dan S3 nya. Selama 5 tahun menetap di Amerika, aku mendapatkan
pendidikan sekolah dasar inklusi yang meliputi pelajaran dasar yakni calistung
(baca, tulis dan hitung), aku pun juga belajar berbahasa inggris dalam artian
menggunakan bahasa verbal DAN ISYARAT. dari ke dua bahasa tersebut, aku
menyadari bahwa dengan mudah cepat belajar berbicara bila mampu memahami
kosakata dan perbendaharaan dalam isyarat. Dengan metode ini mempermudah aku
belajar terapi bicara dengan teknik TW (terapi wicara) dan AVT (Audio Visual
Teraphy) serta visual phony. Cara sederhana inilah yang membuatku bias
berbicara layaknya normal asal memiliki kemauan dan tekad tinggi serta
konsisten latihan yang cukup berat dan konsentrasi yang tinggi.
Meskipun kini aku sdh
dewasa dan masih menggunakan bahasa verbal tetapi aku menyukai kedua bahasa karena
masing-masing bahasa memiliki kekurangan dan kelebihannya yang nantinya akan
dibahas. Intinya bagiku, memiliki dan memahami ke dua bahasa terutama isyarat
itu sangat fleksibel karena dapat membantu saling melengkapi bila terjadi gap
bahasa atau kesalah pahaman menangkap pembicaraan karena gaya bicara orang kan
berbeda-beda, ada yang cepat bak kereta api, bicara pelan dengan bibir nyaris
tak terbuka lebar, dan lain sebabnya yang akan dijabarkan lain waktu.
Dari proses
perpaduan isyarat dan verbal yang seimbang Insya Allah bisa memberikan
kesempatan bagi tunarungu dalam usaha untuk berbicara dengan baik. Oleh karena
itulah belakangan ini sedang popular bahasa isyarat bagi bayi usia 2 bulan
lebih yang menyebar di belahan dunia barat. Alasannya karena bayi lebih peka
indra mata dibanding indra pendengaran sebab otaknya belum berkembang mampu
mencernakan bunyi dan suara yang didengarnya. Tak aneh jika bayi bukan hanya
yang tunarungu tetapi bayi berpendengaran normal pun dapat belajar maka proses
bicaranya lebih cepat daripada bayi yang hanya diperdengarkan verbal tanpa
isyarat yang memperlambat pembelajaran bicara. Namun hasil proses belajar bayi
dan balita harap diingat tak semuanya sama merata karena itu tergantung
kematangan usia dan perkembangan otaknya yang bervariatif.
Sebagai contoh
pendukung metode penerapan pembelajaran bahasa isyarat dan bahasa verbal pada
bayi usia 2 bulan lebih dan balita, bisa dilihat di sini.
No comments:
Post a Comment