Sunday, June 28, 2015

BAHASA VERBAL VS BAHASA ISYARAT

Bahasa Verbal

Bahasa lisan, adalah bahasa yang dihasilkan oleh suara mengartikulasikan, sebagai lawan bahasa tertulis. Banyak bahasa telah ada bukan dalam bentuk tulisan, dan hanya diucapkan (vokalisasi). Bahasa lisan atau bahasa vokal diproduksi dengan saluran vokal, sebagai lawan bahasa isyarat yang diproduksi dengan tangan dan wajah.
Istilah "bahasa lisan" kadang-kadang digunakan untuk berarti hanya bahasa vokal, terutama oleh linguistic yang terdiri atas tiga istilah sinonim, tidak termasuk bahasa isyarat. Lainnya menyebut bahasa isyarat sebagai "lisan", terutama berbeda dengan transkripsi tertulis dari tanda-tanda atau simbol-simbol.

Komunikasi verbal (verbal communication) adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral). Komunikasi verbal menempati porsi besar. Karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan lebih mudah disampaikan secara verbal ketimbang non verbal. Dengan harapan, ko-munikan (baik pendengar maun pembaca) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan.

Contoh : 
1. Komunikasi verbal melalui lisan dapat dilakukan dengan menggunakan media, misalnya seseorang yang bercakap-cakap melalui telepon. Sedangkan komunikasi verbal melalui tulisan dilakukan dengan secara tidak langsung antara komunikator dengan komunikan. Proses penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan berupa media surat, lukisan, gambar, grafik dan lain-lain.

2. Komunikasi non verbal (non verbal communication) menempati porsi penting. Banyak komunikasi verbal tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan komunikasi non verbal dengan baik dalam waktu bersamaan. Melalui komunikasi non verbal, orang bisa mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu kesimpulan tentang berbagai macam perasaan orang, baik rasa senang, benci, cinta, kangen dan berbagai macam perasaan lainnya. Kaitannya dengan dunia bisnis, komunikasi non verbal bisa membantu komunikator untuk lebih memperkuat pesan yang disampaikan sekaligus memahami reaksi komunikan saat menerima pesan.
Bentuk komunikasi non verbal sendiri di antaranya adalah bahasa isyarat, ekspresi wajah, sandi, simbol-simbol, pakaian seragam, warna dan intonasi suara.

contoh :
a.      Sentuhan
Sentuhan dapat termasuk: bersalaman, menggenggam tangan, berciuman, sentuhan di punggung, mengelus-elus, pukulan, dan lain-lain.
b.      Gerakan tubuh
Dalam komunikasi non verbal, kinesik atau gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata atau frase, misalnya mengangguk untuk mengatakan ya; untuk mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan
c.        Vokalik
Vokalik atau paralanguage adalah unsur non verbal dalam suatu ucapan, yaitu cara berbicara. Contohnya adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain-lain.
d.      Kronemik
Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam komunikasi non verbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi non verbal meliputi durasi yang dianggap cocok bagi suatu aktivitas. banyaknya aktivitas yang dianggap patut dilakukan dalam jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality).


Bahasa Isyarat

Menurut Wikipedia Indonesia :

Bahasa Isyarat adalah bahasa yang mengutamakan komunikasi manual, bahasa tubuh, dan gerak bibir, bukannya suara untuk berkomunikasi. Kaum tunarungu adalah kelompok utama yang menggunakan bahasa ini, biasanya dengan mengkombinasikan bentuk tangan, orientasi dan gerak tangan, lengan, dan tubuh serta ekspresi wajah untuk mengungkapkan pikiran mereka.

Bertentangan dengan pendapat banyak orang, pada kenyataannya belum ada bahasa isyarat internasional yang sukses diterapkan. Bahasa isyarat unik dalam jenisnya di setiap negara. Bahasa isyarat bisa saja berbeda di negara-negara yang berbahasa sama. Contohnya, Amerika Serikat dan Inggris meskipun memiliki bahasa tertulis yang sama tetapi memiliki bahasa isyarat yang sama sekali berbeda (American Sign Language dan British Sign Language). Hal yang sebaliknya juga berlaku. Ada negara-negara yang memiliki bahasa tertulis yang berbeda (contoh: Inggris dengan Spanyol), namun menggunakan bahasa isyarat yang sama.

Untuk Indonesia, sistem yang sekarang umum digunakan ada dua sistem adalah BISINDO (Bahasa Isyarat Sistem Indonesia) yang dikembangkan oleh Tuna rungu sendiri melalui GERKATIN (Gerakan Kesejahteraan Tuna rungu Indonesia) dan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) hasil rekayasa orang normal bukan hasil dari Tuna rungu sendiri yang sama dengan bahasa isyarat America (ASL - American Sign Language). Jadi saya sarankan memakai sistem isyarat buatan tuna rungu sendiri adalah BISINDO.

Dari pembahasan yang dijelaskan di atas, ditarik kesimpulan bahwa bahasa verbal memang paling mudah dan cepat namun bila diterapkan pada penyandang tunarungu mungkin ini lebih sulit daripada yang terlihat. Mengapa? Coba baca di artikel sebelumnya yang menjelaskan seluk beluk tunarungu, di mana dijelaskan bahwa tunarungu memiliki kesulitan dalam memahami kosakata dan intonasi suara sebab kurangnya penangkapan suara yang terdengar. Tetapi berkat canggihnya teknologi, kekurangan pendengaran dapat teratasi dengan bantuan ABD (Alat Bantu Dengar – silahkan baca artikel sebelumnya untuk mendapatkan bahasan lengkap mengenai ABD), namun meskipun sudah menggunakan ABD tapi belajar bicara verbal justru membutuhkan proses dan waktu yang panjang.

Proses membantu penyandang tunarungu mampu berbicara layaknya normal itu tidak mudah dibanding bila dididik bahasa isyarat sejak bayi. Mengapa? Kalau dilihat medis, sesungguhnya bayi normal yang baru lahir memang bisa terlihat sadar bunyi tetapi sesungguhnya otaknya belum mampu mencernakan bunyi apakah itu? Bayi baru lahir itu sebenarnya lebih peka pada indra mata sehingga apa yang terlihat di matanya itu sangat menarik minatnya dibanding kecepatan mendengar atau menangkap suara dari telinganya.

Oleh karena itulah, dunia medis menyadari bahwa karena kepekaan indra mata yang menyebabkan otak bayi lebih awas dan tertarik pada gerakan yang tertangkap oleh matanya. Sehingga bayi usia dua bulan lebih, bisa mengekspresikan sedikit gerakan bahasa isyarat sederhana yang dapat dipahami maknanya. Menurut sumber yang ditemukan bahwasanya perbedaan penangkapan kata suatu benda misalnya kupu-kupu, jika bayi di bawah usia 2 bulan belum tentu bisa mengerti arti kupu-kupu jika hanya didengarkan verbal saja. Tetapi bila dibarengi dengan isyarat yang dapat dilihat mata maka bayi bisa paham meski belum bisa bersuara namun bila usia mencapai 2 bulan lebih ia mampu bisa menginterpresikan isyarat bahwa benda itu kupu-kupu sebab ia ingat isyarat dan kata itu! Yang nantinya bila otaknya mampu mencernakan menggabungkan isyarat dan bunyi maka tak aneh lagi jika usia balita mampu mengucapkan kata kupu-kupu dengan lancar!

Lain halnya bila hanya diajarkan verbal tanpa isyarat, kemungkinan besar ia hanya bisa babbling upu-upu atau u-u dari kosakata tersebut. Intinya jika tunarungu dari awal diajarkan konsisten isyarat dengan verbal, Insya Allah di kala usianya yang matang, tunarungu bisa mengucapkan beberapa kosakata dasar asal dilatih tekun dan sabar.

Menurut pengalaman, aku tunarungu sejak lahir, belum mengenal isyarat sehingga boleh dikatakan kalau aku terlambat mempelajari kosakata dasar. Hasilnya aku hanya bisa babbling dua tiga kata seperti mama, papa, u-u (susu),a-an/a-am (makan/mamam). Kala itu usia aku sudah kurang lebih 5 tahun. Suatu hari aku berdua dengan ibuku menyusul ayah yang sudah mendahului ke Amerika dalam rangka menyelesaikan pendidikan S2 dan S3 nya. Selama 5 tahun menetap di Amerika, aku mendapatkan pendidikan sekolah dasar inklusi yang meliputi pelajaran dasar yakni calistung (baca, tulis dan hitung), aku pun juga belajar berbahasa inggris dalam artian menggunakan bahasa verbal DAN ISYARAT. dari ke dua bahasa tersebut, aku menyadari bahwa dengan mudah cepat belajar berbicara bila mampu memahami kosakata dan perbendaharaan dalam isyarat. Dengan metode ini mempermudah aku belajar terapi bicara dengan teknik TW (terapi wicara) dan AVT (Audio Visual Teraphy) serta visual phony. Cara sederhana inilah yang membuatku bias berbicara layaknya normal asal memiliki kemauan dan tekad tinggi serta konsisten latihan yang cukup berat dan konsentrasi yang tinggi.

Meskipun kini aku sdh dewasa dan masih menggunakan bahasa verbal tetapi aku menyukai kedua bahasa karena masing-masing bahasa memiliki kekurangan dan kelebihannya yang nantinya akan dibahas. Intinya bagiku, memiliki dan memahami ke dua bahasa terutama isyarat itu sangat fleksibel karena dapat membantu saling melengkapi bila terjadi gap bahasa atau kesalah pahaman menangkap pembicaraan karena gaya bicara orang kan berbeda-beda, ada yang cepat bak kereta api, bicara pelan dengan bibir nyaris tak terbuka lebar, dan lain sebabnya yang akan dijabarkan lain waktu.

Dari proses perpaduan isyarat dan verbal yang seimbang Insya Allah bisa memberikan kesempatan bagi tunarungu dalam usaha untuk berbicara dengan baik. Oleh karena itulah belakangan ini sedang popular bahasa isyarat bagi bayi usia 2 bulan lebih yang menyebar di belahan dunia barat. Alasannya karena bayi lebih peka indra mata dibanding indra pendengaran sebab otaknya belum berkembang mampu mencernakan bunyi dan suara yang didengarnya. Tak aneh jika bayi bukan hanya yang tunarungu tetapi bayi berpendengaran normal pun dapat belajar maka proses bicaranya lebih cepat daripada bayi yang hanya diperdengarkan verbal tanpa isyarat yang memperlambat pembelajaran bicara. Namun hasil proses belajar bayi dan balita harap diingat tak semuanya sama merata karena itu tergantung kematangan usia dan perkembangan otaknya yang bervariatif.


Sebagai contoh pendukung metode penerapan pembelajaran bahasa isyarat dan bahasa verbal pada bayi usia 2 bulan lebih dan balita, bisa dilihat di sini.

No comments:

Post a Comment